SUMENEP, Rilpolitik.com – Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Madura, Sulaisi Abdurrazaq mengajak semua pihak seperti aktivis, jurnalis, LSM, akademisi, serta politisi untuk menyuarakan berbagai persoalan yang dialami masyarakat kepualauan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Sulaisi berharap agar persoalan seperti kemiskinan dan buruknya infrastruktur di kepulauan tidak hanya menjadi bahan pemberitaan media saja, tetapi harus ada suara kritis agar penderitaan masyarakat kepualaun didengar oleh pemerintah.
Dia mengatakan, kemiskinan di kepulauan selama ini tidak terurus. Sementara, negara mengeksploitasi minyak dan gas (migas) dari sana.
Sebab itu, perlu adanya kepedulian publik untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat kepulauan agar tidak terus-menerus termarjinalkan.
“Kalau bukan kalian yang memperjuangkan hak-hak masyarakat pulau, lalu siapa lagi? Apakah akan terus menjadi tontonan rakyat pulau atau ibu hamil meninggal di jalan? Apakah akan terus menjadi tontonan dan bahan pemberitaan bahwa masyarakat di lokasi di mana migas dieksploitasi, di mana migas dieksplorasi, di sana lah kemiskinan itu sampai saat ini tidak teratasi. Bahkan di sanalah kemiskinan-kemiskinan itu yang tidak terurus,” kata Sulaisi dalam pernyataannya pada Minggu (16/2/2025).
“Apakah tidak ada nuansa hati kita yang bisa memberi perhatian terhadap masyarakat pulau yang kita tidak tahu penderitaan mereka, bukan hanya sekadar penderitaan dari aspek tidak dapatnya dinikmati infrastruktur jalan yang baik, air bersih yang layak bagi mereka,” sambungnya.
Praktisi hukum itu kemudian menyoroti adanya informasi terkait rancana pembangunan bandara di Pulau Kangean. Menurutnya, anggaran pembangunannya sudah ada, tetapi lahannya belum ada.
“Menurut informasi, anggaran (pembangunan bandara) itu sudah ada. Anggaran sudah tersedia dan dugaannya sudah diplotting tetapi tanahnya juga tidak ada, lahannya tidak ada,” tuturnya.
“Hal-hal seperti ini jangan terus-menerus berulang di Sumenep. Tugas kalian lah untuk berbicara, tugas jurnalislah untuk terus berbicara, tugas aktivis, tugas akademisi, tugas politisi yang punya kepedulian terhadap masa depan masyarakat kepulauan,” lanjutnya.
Sekali lagi, ia mengajak publik untuk ikut memperjuangkan hak-hak masyarakat kepualauan yang selama ini termarjinalkan.
“Masalembu, Sapeken, Kangean dan pulau-pulau lain yang sampai saat ini tidak diberi atensi, tidak diberi perhatian, tidak dicarikan solusinya agar penderitaan mereka dapat teratasi. Ayolah bicara! Kami harus terus-menerus berbicara demi masa depan masyarakat kepualaun,” pungkas dia.
(Ah/rilpolitik)