Rilpolitik.com, Jakarta – Pengasuh Pondok Pesantren Al Fath Kota Bekasi, KH. Dr. Taufik Abdul Hamid, MA menegaskan peran strategis pesantren dalam mengawal perdamaian dan toleransi di Indonesia jelang Pemilu 2024. Menurutnya, Pesantren sejauh ini telah bersama-sama pemerintah mencegah radikalisme dan terorisme yang mengoyak persatuan dan bangunan kebangsaan kita.
“Jumlah Pesantren seluruh Indonesia tergolong besar 39.043 pesantren (data kemenag 2022-2023), yang memungkinkan pesantren mampu memainkan peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan upaya mencegah intoleransi,” kata Taufik kepada redaksi, Senin (13/11/2023).
Di sisi lain, kata Taufik, jumlah pesantren yang sangat besar tersebut membuat pesantren selalu jadi primadona serta rebutan para kontestan politik di setiap perhelatan akbar demokrasi lima tahunan.
“Pesantren juga menjadi rebutan para kontestan bacaleg, cawalkot/cawalbub, cagub bahkan capres-cawapres,” katanya.
Sebabnya, ia menjelaskan, bila pemerintah dan penyelenggara, serta semua stakeholder pemilu tidak serius untuk menciptakan iklim damai dalam penyelenggaraan pemilu, maka perbedaan politik sangat memungkinkan berpotensi munculnya benih intoleran di Indonesia.
“Jika ada satu dua okmun atau beberapa okmun stakeholder tidak serius menciptakan suasana damai dalam perpolitikan di Indonesia bahkan menjadi provokator demi kepentingan politiknya sesaat maka bahaya besar akan muncul,” katanya.
Ia juga mendukung langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencegah radikalisme di Indonesia. Mulai dari pembentukan FKUB di setiap kota/kab se Indonesia, hingga pemberdayaan mantan napiter yang sudah insaf dan bertaubat untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.
“Kesemuanya itu akan dapat mengurangi intoleransi, radikalisme dan terorisme di Indonesia,” katanya.
Sejauh ini, pihaknya juga sudah menunjukkan komitmen perlawanannya terhadap intoleransi dan radikalisme. Dalam berbagai kesempatan, Taufik mengaku selalu menyelipkan pesan-pesan toleransi, perdamaian dan persatuan, baik di sosial media, ceramah keagamaan, kuliah, hingga seminar.
“Saya sangat mendukung, bahkan tanpa dimintapun saya telah lama menyuarakan toleransi, kedamaian, persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari jejak digital penulis di medsos atau dalam seminar, pkd, ceramah, kuliah-kuliah dan lain-lain,” pungkasnya.