SUMENEP, Rilpolitik.com – Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Chainur Rasyid menegaskan pihaknya sudah bekerja secara maksimal untuk mencegah merebaknya panyakit kulit berbenjol pada sapi atau Lumpy Skin Disease (LSD) di Sumenep.
Namun demikian, dirinya mengakui masih ada banyak kekurangan dalam upayanya menangani virus yang oleh masyarakat dikenal sebagai penyakit lato-lato itu.
Salah satunya, terkait jumlah tenaga medis yang bertugas di setiap kecamatan. Saat ini, katanya, baru tersedia satu petugas di setiap kecamatan.
Jumlah paramedis yang sangat terbatas itu, jelas pria yang akrab dengan sapaan Inong, terkadang membuat para petugas di lapangan kewalahan. Meski begitu, dia memastikan keluhan masyarakat terkait ternaknya yang terjangkit virus LSD ini bisa terlayani dengan baik.
“Kami selalu on call. Kami selalu menyelesaikan seperti permintaan masyarakat. Namun tidak sebegitu cepat karena titik ke titiknya jaraknya berjauhan,” kata Inong saat ditemui rilpoltik.com di kantornya di Sumenep pada Rabu (13/3/2024).
“Jadi maaf dari sisi kecepatan, tapi kami selalu sigap di lapangan,” imbuhnya.
Inong mengatakan, virus LSD ini menyebar melalui lalat dan nyamuk serta insektisida lainnya. Sebab itu, para peternak harus selalu menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya.
“Beberapa virus yang terjadi media hantarnya yaitu adalah nyamuk, lalat. Pola mindset untuk menjaga kebersihan di pekarangan kandang sapi itu juga menjadi salah satu faktor penentu,” ujarnya.
Inong kembali menegaskan pihaknya sudah bekerja secara maksimal untuk menekan penyebaran virus LSD pada sapi.
Namun, katanya, upaya pemerintah tidak cukup tanpa diikuti oleh kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan sapi dan kandangnya.
“Upaya kami sudah maksimal ya dengan keterbatasan yang ada. Tapi itu perlu juga diikuti oleh keinginan si pemilik sapi itu sendiri untuk mampu menjaga dan merawat karena dengan merawat lingkungan di sekitar pekarangan sapi sangat membantu sekali agar sapi itu kuat,” jelasnya.
Sebab itu, ia kembali mewanti-wanti peternak untuk menjaga dan merawat kebersihan sapi dan kandangnya.
“Di situlah kami menghimbau kepada masyarkaat yang memiliki sapi agar selalu rutin menjaga area kebersihan di pekarangan kandang sapi tersebut. Karena kalau sudah terjangkit pasti nilai jualnya akan turun,” imbaunya.
Hal senada juga disampaikan Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Sumenep, drh. Zulfa. Menurutnya, untuk menekan potensi penyebaran virus pada ternak harus dimulai dari pemiliknya untuk menjaga kebersihan serta daya tahan tubuh ternaknya.
“Virus itu sebenarnya langkah itu dari diri sendiri. Kayak covid kan harus dari kita sendiri yang menjaga daya tahan tubuhnya. Nah, kalau hewan berarti peternaknya yang harus menjaga daya tahan tubuh ternaknya. Karena ini medianya dari lalat nyamuk dan isektisida lainnya, jadi harus dilakukan kayak perlindungan biar tidak digigit nyamuk, biar nggak digigit lalat,” kata Zulfa di lokasi yang sama.
Zulfa menuturkan, pihaknya saat ini sudah menyediakan vaksin LSD secara gratis untuk para peternak. Dia berharap peternak dapat memanfaatkan secara maksimal.
“Kami sudah menyiapkan vaksin untuk LSD nya gratis. Silakan, kalau urusan jasanya teman-teman kami silakan dibicarakan sendiri,” tuturnya.
Dia mengatakan masyarakat tinggal menghubungi petugas di kecamatan masing-masing untuk mendapatkan pelayanan vaksin. Hanya saja, dia berharap sekali vaksin ada 20 sapi agar tidak ada dosis yang terbuang karena satu dosis harganya cukup mahal, yakni Rp119.000.
“Itu (petugas) langsung datang ke kandang. Dan karena satu kali vaksin itu harus 20 sapi, jadi kami mohon sekali memvaksin biar tak terbuang. Kan sayang, misalnya masih tersisa 10 (dosis) kan sama saja dengan membuang Rp1.900.000. Karena harga vaksinnya kan memang mahal,” harap dia.
(Ah/rilpolitik)