JAKARTA, Rilpolitik.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy santai menanggapi temuan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait banyaknya warga kelas ekonomi menengah Indonesia yang turun kelas.
Muhadjir mengatakan, pemerintah akan berupaya agar masyarakat kelas menengah tidak turun kelas ke kelompok miskin ekstrem.
“Yang penting menjaga dampak dari kerentanan kelas menengah ini tidak sampai masuk ke ranah miskin, apalagi miskin ekstrem. Dan itu, saya kira banyak pihak yang harus terlibat,” ujar Muhadjir di Gedung Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2024).
Muhadjir mengatakan, pemerintah akan melibatkan banyak pihak dari berbagai sektor untuk menyikapi data BPS tersebut.
Intervensi tersebut didasarkan pada temuan bahwa warga kelas menengah turun kelas karena penurunan pemasukan yang berakibat pada melemahnya daya beli masyarakat.
Selain itu, tren turun kelas ini diperkirakan juga terjadi akibat goncangan-goncangan ekonomi dunia global. Misalnya, naik turunnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
“Dari sisi ekonomi ini tentunya kaitannya dari daya beli dan pemasukan. Dari sisi pemasukan yang mungkin mengalami penurunan,” imbuh Muhadjir.
Oleh karena banyaknya faktor penyebab, Muhadjir mengatakan, tren turun kelas masyarakat kelas menengah tidak mudah ditangani.
Kendati demikian, Menko PMK mengaku sudah punya sejumlah solusi untuk mencegah hal terburuk terjadi.
“Dari sisi penanganan kemiskinan saya pikir tidak terlalu besar karena kita sudah punya daftar by name by address, itu bertingkat, dari yang paling miskin ekstrem sampai yang hampir miskin, itu ada (datanya),” lanjut dia.
Diketahui, catatan BPS menunjukkan jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa pada 2024 atau setara dengan 17,13% proporsi masyarakat di Tanah Air. Jumlah itu menurun dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa atau setara 21,45% dari total penduduk.
Bersamaan dengan itu, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.
Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56% menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas.
Sementara itu, kelompok miskin juga mengalami kenaikan tipis dari 2019 sebanyak 25,14 juta orang atau setara 9,41% menjadi 25,22 juta orang atau setara 9,03% pada 2024. Sedangkan kelompok atas juga naik tipis dari 2019 sebanyak 1,02 juta orang atau 0,38% menjadi 1,07 juta orang atau 0,38% dari total penduduk pada 2024.