JAKARTA, Rilpolitik.com – Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMPRI) mendesak Presiden Joko Widodo untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada ayah Presiden terpilih Prabowo Subianto, Soemitro Djojohadikusumo.
Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP GMPRI Raja Agung Nusantara dikutip dari keterangan videonya pada Kamis (5/9/2024). Raja Agung mengaku secara resmi sudah berkirim surat terkait permohonan gelar pahlawan nasional untuk Soemitro.
“Kami atas nama Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia, saya selaku Ketua Umum DPP GMPRI Raja Agung Nusantara, barusan kami mengantarkan surat daripada permohonan panganugerahan pahlawan nasional kepada Presiden Ir Joko Widodo kepada almarhum Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo,” kata Raja Agung.
GMPRI menilai Soemitro layak mendapatkan gelar pahlawan nasional karena telah berjasa bagi bangsa Indonesia baik sebelum merdeka maupun pasca merdeka.
“Apa dasar kami mengantarkan surat itu bahwa Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo berhak untuk diberikan anugerah sebagai pahlawan nasional yang telah berjasa kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang telah berjasa kepada sebelum dan pasca kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.
Sebab itu, GMPRI mendesak Jokowi segera menganugerahi Soemitro sebagai pahlawan nasional.
“Maka kami minta kepada Presiden Ir Joko Widodo untuk segera memberikan gelar pahlawan nasional. Karena ini sebagai kepentingan bangsa, sebagai sejarah bangsa,” ucapnya.
Raja Agung pun mengancam akan melakukan aksi besar-besaran di depan Gedung Istana Negara jika permohonannya tak dikabulkan.
“Maka kalau tidak ada respon baik dan i’tikad baik, maka kami akan melakukan aksi besar-besar di depan Istana Negara,” tegasnya.
Informasi yang dihimpun rilpolitik.com, Soemitro Djojohadikusumo merupakan salah satu begawan ekonomi di Indonesia. Lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada 29 Mei 1917. Ia merupakan ayahanda dari Prabowo Subianto yang telah diumumkan oleh KPU sebagai pemenang Pilpres 2024.
Mantan menteri di era Soekarno maupun Soeharto ini meninggal dunia pada 9 Maret 2001 dalam usia 83 tahun. Soemitro Djojohadikusumo dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pada zaman pemerintahan Soekarno, Soemitro Djojohadikusumo menduduki sejumlah posisi mentereng dan masih terkait ekonomi. Di antaranya Menteri Perdagangan dan Perindustrian Kabinet Natsir (1950-1951), Menteri Keuangan Kabinet Wilopo (1952-1953), Menteri Keuangan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956), serta Menteri Keuangan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956).
Akan tetapi, Soemitro memiliki pandangan yang berbeda dengan sang presiden. Ia terlibat dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra. Alhasil, ia hidup dalam pengasingan dan tinggal cukup lama di luar negeri.
Semasa pemerintahan orde baru yang dipimpin Soeharto, nasib berkata lain. Soemitro pulang kampung ke Indonesia dan kembali menduduki posisi menteri pada masa pemerintahan Soeharto.
Ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan I (1968-1973). Kemudian berlanjut Menteri Riset dan Pembangunan Kabinet Pembangunan II (1973-1978).
(War/rilpolitik)