NasionalPolitik

Chusnul Sebut Ancaman ke Admin Neo Historia Penyakit Lama Kubu Prabowo

6720
×

Chusnul Sebut Ancaman ke Admin Neo Historia Penyakit Lama Kubu Prabowo

Sebarkan artikel ini
Chusnul Chotimah.

Rilpolitik.com, Jakarta – Pendukung garis keras Ganjar Pranowo, Chusnul Chotimah mengecam keras ancaman yang diterima admin akun X Neo Historia Indonesia, @neohistoria_id terkait postingannya soal Wiji Thukul.

Chusnul secara terang-terangan menyebut ancaman itu datang dari kubu Calon Presiden (Capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto yang merasa tersinggung dengan postingan Neo Historia Indonesia soal Wiji Thukul.

Menurut Chusnul, ancaman tersebut merupakan cara main lama dari kubu Prabowo yang ia sebut sudah menjadi penyakit.

“Belum puas main klaim, kubu Prabowo kembali ke penyakit lama mereka, main ancam,” kata Chusnul melalui akun X pribadinya, @ch_chotimah2 pada Senin (28/8/2023).

Chusnul mengatakan, kubu Prabowo tak hanya mengancam lawan politiknya, tetapi juga semua pihak yang mengenang perjuangan seorang Wiji Thukul yang hilang hingga saat ini di masa tugas Prabowo Subianto sebagai Danjen Kopassus.

“Kalau kemarin cuma lawan politik yang diancam, kalau sekarang semua pihak yang mengenang perjuangan Widji Thukul diancam,” tutur Chusnul.

Ancaman demikian, kata Chusnul, justru semakin menunjukkan watak asli dari Prabowo Subianto dan para pendukungnya.

“Prabowo dan pasukannya sedang membuka topeng mereka sendiri. Tuhan tidak tidur,” jelas Chusnul.

Diketahui, admin akun X Neo Historia Indonesia, @neohistoria_ia memposting sebuah tangkapan layar dari aplikasi perpesanan WhatsApp yang berisi pesan bernada ancaman dari seseorang terkait postingan mengenang perjuangan Wiji Thukul pada hari ulang tahunnya 26 Agustus 2023.

Dalam tangkapan layar tersebut, seseorang mempertanyakan maksud postingan Neo Historia Indonesia terkait Wiji Thukul. Sang pengirim pesan merasa tersinggung dan menganggap postingan tersebut untuk mendiskreditkan Prabowo Subianto.

Neo Historia Indonesia berusaha mensensor nama Prabowo dalam tangkapan layar yang mereka unggah. Namun, netizen tetap curiga bahwa nama yang disensor adalah Prabowo.

Baca juga:  Prabowo, Roosevelt dan Job For All

“Maksud anda apa pos soal2 Wiji Thukul? “Mau menjatuhkan kredibilitas Pak … (disensor). Gak gitu cara mainnya bos,” demikian bunyi pesan tersebut.

Sang pengirim pesan pun mengancam akan menghabisi orang-orang di balik Neo Historia Indonesia.

“Saya lacak lokasi kalian hancur kalian semua. Saya jamin,” ujarnya.

Neo Historia Indonesiamengklarifikasi postingannya soal Wiji Thukul. Pihaknya menegaskan postingan tersebut tidak ada kaitannya dengan politik praktis yang berkembang saat ini.

“Kami tegaskan bahwa postingan peringatan ulang tahun Widji Thukul pada tanggal 26 Agustus 2023 tidak memiliki hubungan apa-apa dengan politik praktis yang sedang hangat di Indonesia,” kata Neo Historia Indonesia dalam klarfikasinya.

Menurutnya, postingan tersebut murni untuk mengenang perjuangan Wiji Thukul selama hidupnya melawan Orde Baru hingga dinyatakan hilang dan tak pernah kembali sampai hari ini.

“Postingan tersebut adalah murni mengenang perjuangan beliau di bidang seni dan ketidakadilan yang dialami beliau yang hingga saat ini belum selesai. Terima kasih,” tegasnya.

Berikut tulisan lengkap soal Wiji Thukul di akun Neo Historia Indonesia yang menyebabkan ketersinggungan hingga ancaman:

Ave Neohistorian!

Hari ini adalah ulang tahun Wiji Thukul. Pria yang bernama asli Widji Widodo ini adalah penyair dan aktivis hak asasi manusia (HAM) yang lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Surakarta, Jawa Tengah.

Wiji Thukul merupakan seorang pria cadel yang tidak bisa mengucapkan huruf “r” dengan sempurna, tapi ia dianggap sangat berbahaya. Ia dikenal karena karyanya yang kuat dan berani dalam menyuarakan ketidakadilan sosial, hak-hak manusia, dan perlawanan terhadap rezim Orde Baru di bawah nakhoda Presiden Soeharto.

Tampilan Wiji Thukul kumal, tapi jika pria ini membaca puisi di tengah-tengah mahasiswa dan buruh, aparat keamanan mengecapnya sebagai seorang penghasut. Kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Wiji Thukul pun selayaknya peluru: tajam dan runcing.

Bukan cuma lewat puisi, kritiknya terhadap rezim Orde Baru tercermin dalam karyanya dan terhubung dengan pelbagai aksi protes. Dalam puisi-puisinya, seperti “Nyanyian Akar Rumput” dan “Di Tanah Negeri Ini Milikmu Cuma Tanah Air”, ia mengekspresikan perlawanan terhadap masalah sosial.

Semasa hidupnya, puisi-puisinya diterbitkan di dalam dan luar negeri. Pada tahun 1989, ia diundang oleh Goethe Institut untuk membacakan puisi di Kedutaan Besar Jerman di Jakarta. Ia juga tampil di acara Pasar Malam Puisi yang diadakan oleh Erasmus Huis di Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta, pada tahun 1991. Wiji Thukul juga pernah menerima penghargaan Wertheim Encourage Award dari Wertheim Stichting di Belanda.

Akibat suara sang penyair yang lantang, ia kemudian lenyap pada 10 Januari 1998. Ia diduga menjadi korban dari Operasi Mantap Jaya yang dilakoni oleh Tim Mawar Kopassus. Berbeda dengan kebanyakan aktivis yang juga lenyap tak berbekas setelah Muchdi PR menjadi Danjen Kopasus per tanggal 22 Maret 1998, Wiji Tukul lenyap di masa tugas Prabowo Subianto sebagai Danjen Kopassus.

Meski begitu, dokumen DKP yang mengatur pemberhentian Prabowo tak membebankan kasus lenyapnya Wiji Tukul pada dirinya, melainkan hanya kasus pengamanan aktivis yakni Desmond Mahesa, Nezar Patria, Pius Lustrilanang dll sehingga dalang lenyapnya Wiji Tukul masih menjadi misteri hingga kini.

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Ivan Fauzan

Referensi:

Dokumen DKP (KEP/03/VIII/1998/DKP)
Suyono, S. J. dkk. (2013). Seri Buku TEMPO: Wiji Thukul Teka-teki Orang Hilang. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

(Abn/Rilpolitik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *