Rilpolitik.com, Jakarta – Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Prof Henri Subiakto mengatakan pertemuan eks aktivis 98 Budiman Sudjatmiko dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto adalah langkah politik rekonsiliatif.
Menurut Henri, Budiman dan Prabowo adalah dua tokoh politik yang sangat kontras secara historis dan peran sejarahnya. Keduanya kerap berhadap-hadapan pada masa Orde Baru.
“Sejarah mencatat Budiman Sudjatmiko dan teman-temannya adalah pendobrak kekuasaan Orde Baru. Budiman bahkan sampai dipenjara karena gerakannya yang mengganggu kokohnya rezim Soeharto,” kata Henri melalui akun Twitternya, @henrysubiakto pada Rabu (18/7/2023).
Henri mengungkapkan, Budiman adalah tokoh muda yang gigih melawan kekuasaan Orde Baru, sementara Prabowo adalah jenderal andalan Orba pada masanya.
“Budiman adalah anak muda yang memimpin PRD menentang otoritarian Orde Baru hingga dituding sebagai gerakan komunis. Sedang Prabowo saat itu adalah jenderal tentara andalan keluarga Cendana,” ungkap Henri.
Namun, kini kedua tokoh itu bertemu dalam suasana politik yang memanas menjelang Pilpres 2024.
“Kalau sebelumnya Jokowi dan Prabowo yang rivalitas di dua kali Pilpres 2014 dan 2019 saja bisa bersatu bergandengan tangan, begitu pula mestinya Budiman Sujatmiko, tokoh PRD yang merupakan simbol perlawanan Orde Baru di masa Reformasi juga bisa akrab dan sejalan dengan Prabowo,” ujar Henri.
Henri mengakui tidak semua orang setuju dengan langkah politik Budiman ini. “Tentu aktivitas politik rekonsiliatif seperti ini masih banyak yang tidak setuju. Karena keduanya memang memiliki catatan sejarah yang sangat kontras, dan membawa gerbong konsekuensi simbolis yang cukup signifikan,” katanya.
“Tapi apa yang tidak bisa berubah dalam dinamika politik jika itu berdampak baik untuk Indonesia, dan menguntungkan bagi keduanya?” imbuhnya.
Lebih lanjut, Henri mengatakan, perlu perenungan dan kajian serta kesabaran untuk menyaksikan kejadian terkait apa yang Budiman dan Prabowo lakukan.
“Yang jelas dalam berpolitik tidak boleh baper, harus rasional dan mampu memahami serta membingkainya untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu kejayaan Indonesia,” ujar Henri.
Indonesia, kata Henri, memang berbeda dengan negara lain. Indonesia memiliki magnet yang bisa menyatukan kekuatan-kekuatan tokoh dan warga negaranya. “Karena memiliki kecintaan bersama yaitu negara Indonesia berdasarkan Pancasila,” pungkasnya.
Diketahui, Budiman bertandang ke rumah Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan pada Selasa (18/7/2023) malam. Mereka bertemu selama 2 jam.
Dalam pernyataannya, Budiman mengaku pertemuannya bukan mewakili partai, melainkan pribadi. (Abn)