Rilpolitik.com, Jakarta – Pengamat politik Saiful Mujani Research and Consulting, Saidiman Ahmad mengatakan belum ada data yang menunjukkan kampanye gemoy berdampak secara positif atau negatif terhadap elektabilitas pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Diketahui, Prabowo Subianto selama ini dengan postur tubuhnya yang gembul dibranding sebagai sosok gemoy. Kampanye ini semakin massif karena oleh sebagian pihak dianggap berdampak positif terhadap elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra itu.
“Belum ada data yang menunjukkan gemoy itu penting, positif atau negatif. Ketika bertanya pada publik, apa alasan mereka memilih pemimpin nasional, yang muncul adalah soal kedekatan dengan rakyat, memiliki pengalaman, punya integritas, memilili rekam jejak dan platform kebijakan. Tak ada soal gemoy di situ,” kata Saidiman lewat akun X-nya pada Senin (11/12/2023).
Menurut Saidiman, yang paling mungkin berdampak positif terhadap peningkatan elektabilitas Prabowo adalah posisi politik Presiden Joko Widodo dalam sebulan terakhir ini. Jokowi, katanya, merupakan presiden dengan approval rating atau tingkat kepuasan kinerja sekitar 76 persen.
“Teori economic voting menyatakan bahwa publik yang puas atas kinerja pemerintah cenderung akan memilih kembali incumbent atau setidaknya kelompok politik petahana. Mereka ingin mengulang kembali kesuksesan,” jelas dia.
Saidiman menejelaskan, bagi masyarakat dengan tingkat informasi yang tinggi akan mencari figur yang secara objektif mampu untuk melanjutkan kebijakan pemerintah. Namun, lanjutnya, bagi masyarakat yang kurang memiliki akses informasi, maka petunjuk terkuat adalah posisi politik presiden yang ditunjukkan melalui koalisi formal maupun informal.
“Karena itu, peningkatan suara pasangan Prabowo-Gibran itu bukan karena kampanye gemoy,” tegas Saidiman.
Bahkan, lanjut Saidiman, peningkatan suara Prabowo juga bukan karena Gibran yang menjadi calon wakilnya.
“Selama ini, studi menunjukkan Cawapres tidak menyumbang elektabilitas signifikan pada Capresnya,” ujarnya.
“Kehadiran Jokowi pada pasangan ini yang kemungkinan besar menjadi penggerak suara,” lanjutnya.
Posisi Gibran sebagai Cawapres Prabowo, jelas Saidiman, menunjukkan kehadiran presiden Jokowi di kubu tersebut.
“Bagi pemilih Jokowi yang tidak mau repot menelaah visi, misi, program kerja calon presiden, kehadiran Jokowi di salah satu kubu sudah cukup dijadikan acuan,” ujarnya.
Diketahui, survei terbaru elektabilitas Capres-Cawapres yang digelar Indikator Politik Indonesia pada 23 November hingga 1 Desember 2023 terhadap 5.380 responden dengan cara tatap muka menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran naik menjadi 45,8 persen.
Sementara elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam sebulan terakhir.
“Pak Prabowo-Gibran itu sekarang 45,8 persen naik kurang lebih sekitar 5-6 persen dibanding bulan lalu. Sementara Mas Ganjar turun 4-5 persen dibanding bulan lalu. Mas Anies sedikit turun tapi kurang lebih stabil,” kata Burhanuddin dalam paparan hasil surveinya pada Sabtu (9/12/2023).
Berikut elektabilitas Capres-Cawapres hasil survei Indikator Politik Indonesia:
Prabowo-Gibran: 45,8 Persen Ganjar-Mahfud: 25,6 persen Anies-Cak Imin: 22,8 persen Tidak Tahu/Tidak Jawab: 5,8 persen
(Su/rilpolitik)