Penulis adalah Kurniawan Zulkarnain, Ketum HMI Cabang Ciputat 1978–1979.
Sebuah pengakuan mengejutkan terlontar dari Sir Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris, yang dikutip harian The Sun. Pernyataannya mengandung sinyal jujur tentang hakikat persoalan antara Dunia Barat dan Dunia Islam. Ia menyatakan:
“Kami kini berada di persimpang menakutkan—melanjutkan nilai-nilai liberal berarti membuka pintu arus Islamisasi, sementara kembali ke gereja akan menghancurkan fondasi liberalisme yang menjadi kebanggaan kami. Generasi muda kami bahkan tidak percaya lagi pada Yesus dan tidak mungkin kembali ke gereja setelah badai keterbukaan tanpa batas melanda Eropa.”
Terkait hal tersebut, saya jadi teringat bukunya Samuel Huntington bertajuk Clash of Civilizations alias Benturan Peradaban yang terbit tahun 1993. Huntington menyatakan bahwa pasca Perang Dingin tidak ada lagi pertarungan ideologi (Kapitalisme vs. Komunisme); yang muncul adalah benturan peradaban.
Menurut Huntington, terdapat 7 (tujuh) zona peradaban. Tiga di antaranya adalah:
Pertama, Peradaban Barat yang meliputi Eropa Barat, Amerika, Kanada, dan Australia.
Kedua, Peradaban Islam yang meliputi negara-negara di Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Tengah, dan sebagian Asia Tenggara.
Ketiga, Peradaban Konfusianisme (Tiongkok/Cina, Korea, dan Vietnam).
Akar benturan peradaban terletak antara lain pada adanya perbedaan budaya dan agama yang mendalam antarnegara; pelaksanaan modernisasi meningkatkan kesadaran identitas budaya; dan kebangkitan identitas peradaban menggantikan ideologi politik.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir telah bangkit kekuatan baru, yakni Negara Iran (representasi Peradaban Islam) dan Negara RRC (representasi Peradaban Konfusianisme). Mereka telah melakukan modernisasi dan bangkit serta maju menandingi Amerika dan Eropa (Peradaban Barat) tanpa harus terbaratkan dan berdiri tegar pada akar budayanya.
Kebangkitan Peradaban Islam
Kebangkitan peradaban Islam yang diwakili Iran dipengaruhi oleh kombinasi antara lain potensi sumber daya alam, tekanan geopolitik, embargo internasional, serta kekuatan budaya dan teknologi domestik, dan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan Iran di bidang ekonomi sebagai negara yang memiliki cadangan minyak terbesar ke-4 dan gas alam ke-2 telah berhasil mengembangkan teknologi penyulingan dan petrokimia. Iran merupakan pengekspor minyak dan gas, walaupun sering terkendala oleh sanksi internasional.
Negara Iran juga mengalami kemajuan pesat dalam bidang teknologi nuklir. Iran merupakan negara Muslim pertama yang mengirim satelit ke orbit (2009). Iran telah mampu mengembangkan rudal balistik jarak menengah dan panjang.
Pada sektor bioteknologi dan kedokteran, Iran sangat maju, termasuk dalam produksi vaksin dan transplantasi organ. Di bidang pendidikan, Iran memiliki angka literasi yang tinggi (lebih dari 85%) dan ratusan universitas dan medis. University of Sharif Technology dikenal secara internasional. Iran telah menjadi ikon keunggulan ilmu pengetahuan di Timur Tengah.
Selanjutnya, Negara Iran telah memainkan peran penting di kawasan Timur Tengah dengan mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Irak dan Suriah. Iran mampu memengaruhi politik regional melalui strategi poros perlawanan terhadap Barat dan Israel.
Kebangkitan Peradaban Konfusianisme melalui Tiongkok/Cina
Pada bidang ekonomi, Cina melakukan reformasi pada tahun 1978. Di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, Cina mulai beralih dari ekonomi sosialis terpusat menuju ekonomi pasar sosialis. Pertumbuhan ekonomi sangat cepat; Cina mengalami pertumbuhan GDP rata-rata 8–10% selama lebih dari 30 tahun.
Kemajuan Cina dalam bidang ekonomi merupakan transformasi paling dramatis dalam sejarah modern.
Dalam bidang teknologi dan inovasi, Cina mengembangkan perusahaan seperti Huawei, Xiaomi, BYD, dan DJI menjadi pemain global. Dalam R&D (penelitian dan pengembangan), Cina melakukan investasi besar dalam kecerdasan buatan (AI), semikonduktor, dan teknologi luar angkasa.
Dalam bidang infrastruktur, Cina membangun transportasi modern berupa jaringan kereta cepat (high-speed railway) terpanjang di dunia. Proyek-proyek besar seperti Bendungan Tiga Ngarai, pelabuhan besar, jembatan antar-pulau, hingga proyek Belt and Road Initiative (BRI).
Pada sektor pertahanan, Cina melakukan modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat yang diperkuat dengan teknologi militer modern berupa kapal induk, satelit militer, dan sistem rudal canggih. Ambisi geopolitik mencakup keterlibatan aktif di Laut Cina Selatan, Taiwan, dan kemitraan strategis global.
Perlu dicatat bahwa Cina merupakan eksportir terbesar di dunia, terutama ke AS, Eropa, dan Asia Tenggara. Cina memiliki cadangan devisa terbesar di dunia.
Peradaban Barat di Persimpangan Jalan
Peradaban Barat berada di persimpangan jalan, di mana negara-negara Barat (Amerika, Eropa Barat, Kanada, dan Australia) dalam situasi krisis identitas, arah politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sedang menghadapi tantangan besar dan dipaksa memilih arah baru atau mereformasi diri.
Negara Barat tengah mengalami kemunduran demokrasi—yakni demokrasi formal tetapi lemah dalam kebebasan sipil, supremasi hukum, dan transparansi. Pemimpin yang terpilih secara demokratis menjadi otoriter dan melawan hukum.
Terjadi deindustrialisasi dan otomatisasi yang menyebabkan pekerjaan tradisional hilang dan menciptakan keresahan sosial di kelas menengah dan kaum buruh.
Lonjakan migrasi (terutama dari Timur Tengah dan Afrika), di satu sisi, dan adanya depopulasi, telah menguji toleransi budaya Barat dan mengancam identitas nasional mereka. Meningkatnya jumlah umat Islam dan perpindahan agama menjadi indikatornya. Banyak gereja kosong dijual. Jumlah umat Islam di Eropa meningkat pesat sejak tahun 1990-an akibat imigrasi dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Selatan. Ditambah dengan tingkat kelahiran yang lebih tinggi dibandingkan dengan non-Muslim.
Banyak masyarakat Barat sedang mengalami kegalauan antara kesetiaan menganut nilai liberal klasik (kebebasan individu dan pluralisme) dan realitas sosial-politik baru yang menuntut ketegasan identitas dan terbangunnya nilai-nilai baru sebagai acuan.
Dari uraian di atas, pernyataan Sir Keir Starmer, PM Inggris, menjadi salah satu indikator bahwa Peradaban Barat sedang di persimpangan jalan. Sementara Peradaban Islam dan Konfusianisme mengalami kebangkitan yang signifikan.