Rilpolitik.com, Jakarta – Jubir Muda Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Aryo Seno Bagaskoro menegaskan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden bermasalah karena melalui proses Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang syarat usia capres-cawapres yang diwarnai pelanggaran etik berat oleh Ketua MK saat itu, Anwar Usman yang juga paman dari Gibran.
Sebab itu, Seno menilai Prabowo – Gibran mau menang atau kalah sekalipun dalam kontestasi Pilpres 2024 tetap saja bermasalah secara etika.
“Kita sudah jelas melihat hari ini, ini sudah nggak etis. Dari pencalonnnya aja sudah nggak jelas nih. Anak muda sudah menilai. Saya sudah bilang dari awal, saya clear sekali bahwa ini nggak etis dan kita nggak sepakat dengan semangat ini,” tegas Seno dikutip dari tayangan Channel Youtube Akbar Faizal pada Jumat (17/11/2023).
Seno mengibaratkan majunya Gibran sebagai Cawapres seperti pamain bola yang belum main saja sudah membuat pelanggaran.
“Kalau dia menang nanti ya gimana penonton mau sorak untuk dia,” ujar pria kelahiran 2001 itu.
Menurut Seno, pelanggaran di MK ini akan memantik berbagai macam pelanggaran lainnya ke depan untuk memenangakan Prabowo-Gibran. Pelanggaran yang dimaksud seperti halnya netralitas para penyelenggara negara. Bagi Seno, hal itu sangat mungkin terjadi mengingat proses masuknya saja sudah curang.
“Bukan karena saya ini asumi tapi hal kecil saja, saya sering diajarkan, kalau hal kecil saja sudah dilanggar bagaimana hal besar bisa kita pertahankan dia gak akan dilanggar. Ini gak ada jaminannya,” kata Seno.
“Masalah entri point saja ini sudah sesuatu yang salah,” imbuhnya.
Berbeda lagi, lanjut Seno, jika putusan MK terkait syarat usia capres-cawapres itu tanpa embel-embel pernah atau sedang menjadi kepala daerah.
“Kalau case-nya tidak seperti itu mungkin kita bisa berpikiran positif. Lah ini (putusan MK) di depan mata kita, di lipatan akhir tiba-tiba terjadi semacam ini,” ujarnya.
Putusan MK yang menguntungkan Gibran itu, kata Seno, telah membuat anak muda marah. Sebab menurutnya, putusan tersebut bukan membuka pintu bagi anak muda untuk menjadi pemimpin, melainkan memantati spirit anak muda di seluruh Indonesia yang berjuang dengan keringat sendiri tanpa embel-embel nama orang tuanya.
“Bagaimana anak muda nggak marah dengan situasi ini? Bagaimana anak muda nggak kemudian menganggap bahwa keputusan ini bukan memberikan pintu kepada anak muda untuk menjadi pemimpin, tapi malah memantati spirit anak muda di seluruh Indonesia yang berproses, berkeringat dari bawah, nggak ikut pakai embel-embel nama orang tuanya. Maka itu yang jadi problem. Mau menang mau kalah, ini sudah masalah,” tegas Seno.