NasionalPolitik

Guru Besar Fisip Unair Sebut Pembekuan BEM Sebagai Simbol Otoritarianisme

7720
×

Guru Besar Fisip Unair Sebut Pembekuan BEM Sebagai Simbol Otoritarianisme

Sebarkan artikel ini
Karangan bunga satire BEM Fisip Unair. [Istimewa]

JAKARTA, Rilpolitik.com – Guru Besar Emeritus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Dr Hotman Siahaan mengkritik keras tindakan Dekanat membekukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Unair usai mengkritik pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka melalui ucapan karangan bunga bernada satire.

“Tindakan Dekanat membekukan BEM (sebagai) simbol dari otoritarianisme yang mulai muncul dalam pemerintahan baru republik ini,” kata Hotman, Minggu (27/10/2024).

Menurut Hotman, pembekuan ini menandakan kemunduran nilai intelektual di Unair.

“Sangat disesalkan tindakan seperti ini terjadi di kampus yang mengaku hidup dalam habitat intelektual,” lanjutnya.

Hotman menekankan, kampus seyogianya menjungjung tinggi kebebasan berpendapat dengan mengutamakan tradisi intelektual melalui dialog dan diskusi ilmiah, bukan membungkam suara kritis mahasiswa.

“Tradisi Intelektual adalah argumen untuk menemukan kebenaran. Argumen itu wujudnya diskursus. Dalam diskursus ada klaim yaitu klaim kebenaran, ketepatan, otentisitas, dan moralitas,” jelasnya.

Namun, menurut Hotman, Dekanat FISIP Unair, justru sudah menggunakan pendekatan kekuasaan, bukan lagi ilmiah atau intelektual.

“Dekanat FISIP tidak menempuh jalan seperti itu. Yang ditempuh adalah relasi kuasa. Pembekuan BEM itu adalah praktik relasi kuasa,” tegas Hotman.

Mantan Dekan FISIP Unair ini pun menilai bahwa praktik seperti ini mencerminkan kembalinya bayang-bayang Orde Baru di dunia akademik.

“Kalau sekarang muncul lagi, jangan salahkan kalau para mahasiswa itu menganggap sekarang ini munculnya rezim ‘The New New Order’,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *