Rilpolitik.com, Bekasi – Universitas Bhayangkara Jakarta Raya melalui program pengabdian masyarakat menggelar pelatihan pengolahan limbah Tahu, sehingga limbah yang dihasilkan dari pengolahan makanan tersebut dapat bermanfaat dan memiliki nilai serta tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Menurut Ketua Pengabdian Masyarakat, Dr. Tulus Sukreni, kegiatan ini dilakukan berawal dari banyaknya industri Tahu di Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang sebagian besar belum memiliki unit pengolahan limbah.
“Akibatnya, sebagian besar badan air di sekitar industri Tahu tersebut tercemar karena limbah cair yang dihasilkan langsung dibuang ke badan sungai tanpa pengolahan terlebih dulu,” kata Tulus dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (14/7/2023).
Tulus menjelaskan, dalam waktu tertentu, konsentrasi limbah cair Tahu pada badan air yang semakin meningkat jumlahnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
“Karena (limbah Tahu) memiliki kandungan organik yang sangat tinggi yang menyebabkan menurunnya kadar oksigen dalam air dan mengganggu ekosistem perairan,” paparnya.
Selain itu, lanjut Tulus, limbah cair dari industri Tahu mengandung bahan organik yang tinggi, sehingga dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme yang tinggi dan menyebabkan timbulnya bau.
Tak hanya itu, kata Tulus, kandungan nitrogen total, fosfor, dan kalium dalam limbah cair Tahu juga dapat memicu terjadinya eutrofikasi.
“Begitu juga ampas Tahu sebagai limbah padat yang dihasilkan oleh industri Tahu, hanya dijual langsung kepada pengepul dengan harga yang relatif rendah,” ujarnya.
Sebab itu, terang Tulus, Ubhara Jakarta Raya melalui program pengabdian masyarakat bekerjasama dengan mahasiswa dari Fakultas Teknik “menyulap” limbah yang tadinya tak bernilai itu menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi.
Dalam hal ini, tutur Tulus, tim pelaksana melakukan pelatihan pengolahan limbah cair Tahu menjadi kerajinan tangan berupa dompet yang dapat dipasarkan kepada masyarakat.
“Kami akan mengedukasikan ilmu pengolahan limbah kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan limbah tahu tersebut menjadi benda yang bernilai ekonomis,” tukasnya. (Abn)