EkonomiNasional

Protes Imbauan Kemenkop, Adi Prayitno Ungkap Susahnya Perjuangan Pedagang Warung Madura

×

Protes Imbauan Kemenkop, Adi Prayitno Ungkap Susahnya Perjuangan Pedagang Warung Madura

Sebarkan artikel ini
Warung kelontong. [Ilustrasi]

JAKARTA, Rilpolitik.com – Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno memprotes keras imbauan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kepada warung Madura untuk mematuhi jam operasional sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda). Adi mengatakan, pemerintah seharusnya membantu warung Madura sebagai UMKM, bukan malah mempersempit ruang geraknya.

Menurut Adi, orang Madura terpaksa merantau ke luar kota meninggalkan keluarganya demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

“Bapak yang Mulia, kalau mau jujur, para Tretan (saudara) ini tak mau merantau jauh meninggalkan kampung halaman dan sanak saudara. Tapi himpitan ekonomi yang memaksa mereka begini,” kata Adi melalui unggahannya di Instagram pada Sabtu (27/4/2024).

Adi menyampaikan, warung Madura buka 24 jam penuh dengan tantangan mulai dari ancaman kriminalitas hingga kesehatan. Namun, faktor ekonomi membuatnya harus melawan tantangan itu.

“Bapak yang Mulia, kalau mau jujur para Tretan tak mau buka warung 24 jam. Efeknya banyak. Rentan dipalak preman lokal, rentan kriminalitas kanan kiri, termasuk kesehatan. Tapi kondisi ekonomi yang memaksa begini,” ujarnya.

Akademisi asal Madura itu mengungkapkan alasan warung Madura buka 24 jam. Menurutnya, dari pagi sampai jam 21.00 malam dagangan mereka sepi karena harus bersaing dengan minimarket.

“Aku kasih tau kau yang Mulia. Kenapa warung Madura buka 24 jam. Dari subuh hingga jam 21.00, dagangan mereka tak laku. Sepi pembeli karena harus bersaing dengan minimarket dan pedagang lain. Baru jam 22.00-4.30 mulai ada pembeli karena yang lain pada tutup. Di situlah nyari untungnya,” tuturnya.

“Itupun untungnya tak banyak. Hanya cukup sekolahkan anak ke pesantren, bayar cicilan hutang ke rentenir karena gagal panen, dan demi tanggungan hidup lainnya,” sambungnya.

Adi pun menantang pemerintah datang ke Warung Madura untuk melihat secara langsung kondisi mereka. Menurutnya, kehidupan mereka di warung penuh dengan keterbatasan.

“Cobalah sekali-kali datang ke warung Madura. Tempatnya sempit, kumuh, tumpukan kardus bercampur barang dagangan dan tempat tidur. Kau juga akan melihat makanan yang mereka makan kadang sisa makanan beberapa hari yang dipanasi lagi. Itu demi berhemat,” katanya.

Adi pun meminta pemerintah untuk tidak perlu mengusik usaha warung kelontong Madura. Sebab, mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Jika pun yang Mulia tak mau membantu mereka, setidaknya jangan mempersempit ruang geraknya. Mereka hidup sendiri, berjuang mati hidup sendiri, jatuh bangun sendiri, dan suka-duka sendiri. Karena dalam banyak hal, bagi mereka negara sudah tak ada gunanya,” ujarnya.

Adi mengaku sedih melihat perjuangan para pemilik warung Madura di sejumlah daerah di Indonesia. Mereka harus berjuang sendiri tanpa ada bantuan demi bisa menyambung hidup.

“Saya sudah hampir 10 tahun menemani dan melihat dari dekat sejumlah Tretan warung Madura berjuang. Pedih lihatnya. Jatuh bangun kurang modal. Pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka cuma menyambung hidup. Itu saja tak lebih. Apa tak boleh memperjuangkan hidup sendiri?” pungkasnya.

Diketahui, Sekretaris Kemenkop UKM Arif Rahman Hakim meminta warung Madura untuk mematuhi aturan jam operasional yang berlaku di daerah. Pernyataan itu merespon polemik warung Madura yang buka 24 jam di Bali. Polemik ini berawal dari adanya keluhan para pengusaha minimarket yang merasa tersaingi oleh Warung Madura.

“Kalau ada regulasi terkait jam kerja, tentu kami minta untuk dipatuhi,” kata Arif di Bali pada hari Rabu (24/4/2024) kemarin.

(War/rilpolitik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *