Rilpolitik.com, Jakarta – Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam menyarankan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) untuk meminta maaf ke publik buntut pernyataannya yang oleh banyak pihak dianggap menyinggung persoalan sensitif terkait agama Islam.
Hikam menilai permintaan maaf penting dilakukan untuk mencegah polemik ini semakin berlarut-larut yang dapat merugikan PAN dan Capres dukungannya.
“Saran saya justru kalau bisa Pak Zulhas meminta maaf saja dan mengatakan bahwa itu sebuah kesalahan ucap,” kata Hikam saat dihubungi rilpolitik.com pada Rabu (20/12/2023).
Menurut Hikam, pihak Zulhas tidak perlu melakukan pembelaan, cukup memberikan klarifikasi yang logis dan permintaan maaf.
“Kalau sekarang ini misalnya saja kemudian ada upaya dari pihak Zulhas dan kawan-kawannya untuk memberi penjelasan yang lebih masuk akal, tidak usah membela-bela, tapi misalnya aja mau minta maaf atau membuat klarifikasi, saya kira tidak akan menjadi persoalan yang berlarut-larut,” ujarnya.
Hikam mengatakan, penyelesaian persoalan ini akan semakin pelik jika Zulhas dan pendukungnya justru melakukan pembelaan.
“Kalau kemudian yang terjadi adalah pembelaan-pembelaan yang tidak pada tempatnya, ya itu bisa dimasukkan oleh masyarakat. Sekarang saja media massa dan media sosial kan sudah mulai membuat masalah itu menjadi serius,” ungkapnya.
Apalagi, lanjutnya, jika ada upaya membenarkan pernyataan Zulhas soal masyarakat yang enggan mengucap ‘amin’ dalam salat dan telunjuk satu pada tahiyat akhir.
“Nah, kalau yang dilakukan oleh pendukung Zulhas malah membela diri dengan malah menganggap bahwa itu kenyataan, ya mereka nanti tentu akan ditanya kenyataan itu yang di mana, buktinya mana. Ya kan? Akan makin jauh,” jelasnya.
Sebagai informasi, video Zulhas menyebut adanya fenomena baru di masyarakat dalam melaksanakaan salat viral di media sosial X.
Pernyataan tersebut disampaikan Zulhas dalam acara Rakornas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (19/12/2023).
Perubahan yang dimaksud adalah banyak umat Islam di sejumlah daerah yang enggan mengucap ‘amin’ usai baca surat Alfatihah dalam salat mereka. Hal itu disebut karena saking cintanya masyarakat terhadap Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.
Kata ‘Amin’ sendiri dalam konteks kampanye Pilpres 2024 ini kerap diasosiasikan dengan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).
“Saya keliling daerah Pak Kiai, di sini aman, Jakarta nggak ada masalah, yang jauh-jauh ada lho yang berubah. Jadi kalau salat Maghrib baca Al-Fatihah ‘Walad Dholliin’ ada yang diam sekarang Pak, ada yang diam sekarang. Ada Pak sekarang diam. Lho kok nggak. Ada yang diam sekarang banyak. saking cintanya sama Pak Prabowo itu,” kata Zulhas.
Selain enggan mengucap amin, lanjut Zulhas, masyarakat juga enggan menggunakan 1 jari dalam tahiyatul akhir.
“Itu kalau tahiyatul akhir Pak kiai kan gini pak kiai (menunjukkan satu telunjuk), sekarang banyak gini (telunjuk 2 jari) pak. Itu pak. Temen-temen begitu pak, saking (cintanya sama Prabowo),” ujarnya.
Pernyataan tersebut menuai kotroversi. Banyak netizen yang menyebut Zulhas telah menistakan agama Islam.
(Ba/rilpolitik)