Rilpolitik.com, Jakarta – Bakal capres Anies Baswedan mengakui Ketua Umum NasDem Surya Paloh bersepakat dengan PKB mengusung Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai cawapres tanpa berdiskusi dengan PKS dan Demokrat.
Deputi Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, Yan Harahap menilai pengakuan Anies Baswedan itu sebagai bukti bahwa Anies dan Nasdem telah melanggar kesepakatan bersama yang tertuang dalam Piagam Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
“Jelas ya. Ia sudah mengakui bahwa mereka membuat kesepakatan tanpa diskusi dengan PKS dan @PDemokrat. Berarti kesepakatan koalisi yang tertuang dalam piagam kesepakatan, nyata-nyata telah dilanggar,” kata Yan Harahap melalui akun X resminya, @YanHarahap pada Rabu (6/9/2023).
Ia kemudian mengutip pernyataan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tentang komitmen yang menjadi barang langka.
“Benar kata AHY, ‘komitmen menjadi barang yang langka, kata maaf dijadikan obat yang murah untuk pengingkaran atas sebuah komitmen, ini tentu berbahaya, kalau dibiarkan jadi budaya sebuah pembenaran'”, kata Yan meniru AHY.
Diketahui, Anies menceritakan awal mula ditetapkannya nama Ketum PKB Muhaimin sebagai Cawapres pendampingnya. Ia mengatakan, pada Selasa (29/8) terjadi kebuntuan di Tim 8 soal bakal cawapres. Perwakilan Demokrat ingin AHY segera dideklarasikan sebagai cawapres. Sementara perwakilan NasDem tak ingin deklarasi dilakukan segera.
“Malam itu saya sedang dalam perjalanan, dilaporin pertemuan (Tim 8) yang hasilnya buntu. Saya mendapat telepon dari kantor NasDem, diminta untuk ke kantor NasDem,” kata Anies dalam tayangan Mata Najwa pada Senin (4/9/2023) malam.
Saat itu, ia mengaku bertemu dengan Ketum NasDem Surya Paloh. Menurutnya, saat itu Surya Paloh dihadapkan pada dua pilihan.
Pertama, berunding dengan PKS dan Demokrat, lalu bersepakat dengan PKB. Risikonya, PKB bisa saja diajak oleh koalisi lain.
Kedua, langsung membuat kesepakatan dengan PKB. Risikonya, PKS dan Demokrat bakal merasa dilangkahi karena tidak diajak bicara. Menurutnya, Surya Paloh memilih opsi ini.
“Ini sebuah ijtihad, kemudian Pak Surya Paloh memilih opsi ambil kesepakatan dulu, terus kemudian jelaskan, memang ada risiko, risikonya ada perasaan seperti dilewatkan, ditinggalkan,” kata Anies.
Malam itu, Anies dan utusannya di Tim 8 lalu mengontak utusan PKS dan Demokrat untuk bertemu. Namun hingga dini hari, tidak ada jawaban.
“Lalu besok paginya Pak Sudirman bertemu dengan Pak Sohibul Iman dari PKS dan Pak Iftitah dari Demokrat, menyampaikan progres ini. Tujuannya untuk saya bertemu, mendiskusikan soal ini,” kata dia.
Menurut Anies, pihaknya lalu bertemu dengan perwakilan PKS. Ketika itu, PKS merespons positif ada partai baru di koalisi.
Namun, secara prosedural, PKS merasa tidak suka cara NasDem yang mengambil keputusan sepihak tanpa komunikasi dengan partai koalisi.
Di sisi lain, ia mengatakan saat itu tidak bisa bertemu dengan Demokrat.
“Rabu malam itu tidak dapat waktu, ya sudah kalau gitu kita cek besoknya, pagi tetap tidak ada kabar, akhirnya Kamis pagi saya putuskan ke Jombang, karena siang akan pulang. Ketika di sana, kami dapat kabar diterima jam 4 sore, tapi karena pesawat delay, digeser jam 6, kemudian pertemuan digeser lagi jam 7 dan akhirnya tidak jadi bertemu, dibatalkan pertemuannya,” katanya.
Saat ini, Partai Demokrat sudah memutuskan untuk mencabut dukungan terhadap Anies Baswedan dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan lantaran merasa dikhianati atas keputusan mengusung Ketum PKB Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres.
(Abn/Rilpolitik)