NasionalPolitik

Gibran Cawapres, Jebakan Prabowo Rusak Citra Jokowi?

5653
×

Gibran Cawapres, Jebakan Prabowo Rusak Citra Jokowi?

Sebarkan artikel ini
Pegiat Media Sosial, Denny Siregar. [Tangkapan layar dari tayangan Youtube Cokro TV]

Rilpolitik.com, Jakarta – Pegiat Media Sosial sekaligus pendukung keras Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Denny Siregar menilai dorongan agar putra sulung Jokowi sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menjadi Calon Wakil Presiden di Pemilu 2024 sebagai sebuah jebakan untuk merusak citra dan legacy Jokowi di akhir masa jabatannya sebagai presiden pada periode kedua.

Diketahui, sejumlah kelompok relawan mendorong Gibran untuk menjadi Cawapres dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Aspirasi tersebut bahkan juga datang dari internal Partai Gerindra.

Denny Siregar menilai hal itu sebagai sebuah skenario menjatuhkan nama baik Jokowi oleh mantan lawan politiknya, yaitu Prabowo Subianto.

Namun demikian, Denny masih meyakini Jokowi tidak akan terjebak pada skenario yang merusak itu.

“Saya masih sangat percaya bahwa pak @jokowi tidak akan terpengaruh jebakan betmen yang disiapkan mantan lawan besarnya untuk merusak nama baiknya,” kata Denny Siregar seperti Rilpolitik.com kutip dari Platform X miliknya, @Dennysiregar7 pada Selasa (10/10/2023).

Denny mengaku dirinya gelisah dengan munculnya nama Gibran sebagai cawapres. Sebab, jika hal itu terwujud sama saja menjerumuskan Jokowi.

“Apapun yang saya sampaikan, itu adalah kegelisahan. Bukan keraguan,” ujarnya.

Denny sebelumnya juga mengingatkan awal mula jatuhnya Presiden Soeharto. Ia meminta Jokowi belajar dari situ.

“Masih ingat Harmoko? Menteri penerangan Soeharto yang dikenal sangat loyal padanya?” tanya Denny dalam kicauannya.

“Tahun 1997, Harmoko yang waktu itu menjabat ketua DPR/MPR RI, mendesak Soeharto untuk menjabat sebagai Presiden lagi. Soeharto malu-malu mau menerimanya dengan dasar, ‘Atas kehendak rakyat’,” lanjutnya.

Namun, kata Denny, ketika rakyat bergolak ingin menurunkan Soeharto pada tahun 1998, Harmoko lah yang pertama kali mengumumkan supaya Soeharto mundur sebagai presiden.

Baca juga:  Menkominfo Sebut Rakyat Masih Butuh Jokowi di Pemerintahan Baru Mendatang

“(Harmoko) Orang yang sebelumnya memaksa Soeharto menjabat lagi atas nama kehendak rakyat,” tuturnya.

Denny kemudian berbicara tentang loyalis dan penjilat. Menurutnya, keduanya memiliki perbedaan yang sangat besar.

“Loyalis adalah mereka yang loyal menjaga nama baik temannya. Sedang penjilat adalah mereka yang ingin mendapat keuntungan dari nama besar temannya. Penjilat pada saatnya kelak akan bertransformasi menjadi penghianat,” jelas Denny.

Dia pun meminta Jokowi untuk mengambil pelajaran dari jatuhnya Soeharto sebagai presiden.

“Sejarah ada untuk mengajarkan kita tentang mana yang benar dan mana yang salah. Belajarlah dari sana,” tukasnya.

(Abn/Rilpolitik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *