Rilpolitik.com, Jakarta – Aktivis media sosial, Jhon Sitorus mengomentari isu bergabungnya putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka ke Golkar setelah menjadi Cawapres pendamping Prabowo Subianto. Menurutnya, hal itu semakin membuktikan Gibran tunduk pada Orde Baru dan Oligarki.
“Bergabungnya Gibran ke Golkar semakin memastikan bahwa Gibran berlutut pada ORDE BARU dan OLIGARKI,” kata Jhon Sitorus melalui akun X-nya, @Miduk17 pada Minggu (5/11/2023) malam.
Dia menilai langkah Gibran itu sebagai blunder yang sangat besar. Dia menyebut Prabowo yang merupakan mantu Soeharto dan Golkar sebagai partainya Soeharto.
“Ini BLUNDER besar. Sudah dipasangkan dengan Prabowo (Menantu Soeharto), bernaung dibawah partainya Soeharto pula,” ujarnya.
Menurut Jhon Sitorus, Gibran sebenarnya lebih diuntungkan secara elektoral ketika menjadi kader PDI Perjuangan.
“Menjadi kader PDI Perjuangan sebetulnya sudah menjadi keuntungan elektoral baginya,” ungkapnya.
Dia mengatakan, PDIP merupakan partai politok yang secara gigih melakukan perlawan terhadap rezim otoriter Soeharto.
“PDI Perjuangan adalah motor perlawanan terhadap kekuasaan yang MENINDAS kala itu, ORDE BARU dan kekuasan Soeharto yang KORUP,” jelas Jhon Sitorus.
Sebelumnya, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengaku mendapatkan telepon dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto perihal status Gibran Rakabuming Raka yang saat ini menjadi Cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Menurut Hasto, Airlangga memberitahu dirinya bahwa putra sulung Presiden Joko Widodo itu akan segera bergabung dengan Golkar.
“Saya juga sudah menerima telepon dari Ketua Golkar. Saat itu Pak Airlangga (bilang) bahwa Mas Gibran ini ‘dikuningkan’, ‘digolkarkan’,” ungkap Hasto pada Minggu (5/11/2023).
Hasto mengatakan Gibran memang secara otomatis bukan lagi sebagai kader PDI Perjuangan sejak maju sebagai cawapres.
“Maka otomatis Mas Gibran karena menjadi cawapres, Mas Gibran sudah tidak menjadi bagian dari PDIP,” katanya.
Diketahui, Gibran merupakan kader PDI Perjuangan. Dia terpilih sebagai Wali Kota Solo juga dari PDIP. Namun, setelah dua tahun menjabat, dia memilih jalan berbeda dengan partainya itu. Ia maju sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto dan menjadi lawan pasangan Capres Cawapres usungan PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
(Abn/rilpolitik)