Rilpolitik.com, Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Benny K Harman mengamini pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD bahwa budaya santun dan budi pekerti sudah mulai hilang saat ini. Ia menyebut pidato mantan Gubernur DKI Jakarta itu luar biasa.
“Anda mengikuti pidato kenegaraan Presiden Jokowi di Gedung MPR kemarin? Luar biasa. Saya setuju pernyataan presiden bahwa budaya santun dan budi pekerti luhur warisan para leluhur bangsa secara perlahan mulai terkikis oleh arus zaman,” kata Benny melalui akun Twitternya, @BennyHarmanID pada Kamis (17/8/2023).
Namun demikian, kata Benny, merawat budaya santun dan budi pekerti bukan berarti mematikan kritik terhadap kebijakan rezim yang melenceng dari konsensus bersama yaitu Pancasila dan UUD 1945.
“Harus ditegaskan bahwa merawat budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa tidak berarti mematikan kritik kekuasaan dan kebebasan warga melakukan koreksi terhadap kebijakan para pemimpin bangsa dan negara yg telah melenceng jauh dari konsensus dasar kita sebagai bangsa yakni Pancasila dn UUD 1945,” jelas Benny.
Ia mencontohkan salah satu kebijakan rezim yang perlu dikoreksi adalah pemberian hak guna usaha (HGU) hingga 190 tahun di Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia menyebut kebijakan tersebut sebagai pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.
“Memberikan konsesi HGU kpd asing sampe 190 thn di tanah IKN misalnya adalah pengkianatan yg harus segera dikoreksi,” tegas Benny.
Anggota Komisi III DPR RI itu mewanti-wanti agar pemimpin negeri ini tidak mengobral negara ke asing.
“Jangan jual negeri ini apalagi dgn murah kpd asing. Kita bngsa yg bermartabat, bangsa merdeka, dan berdaulat. Ingat Trisakti Proklamator kita Soekarno? Merdeka, merdeka!” tukasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengaku sedih dengan budaya santun dan budi pekerti bangsa yang dinilai sudah mulai hilang saat ini. Menurutnya, kebebasan dan demokrasi belakangan ini digunakan untuk melampiaskan kedengkian.
Mulanya, ia bicara soal perkembangan media sosial pada beberapa waktu terakhir.
Ia mengatakan media sosial bisa membuat Presiden mengetahui mulai masalah rakyat di pinggiran hingga kemarahan masyarakat.
“Mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai kemarahan, sampai ejekan, dan bahkan makian dan fitnahan. Bisa dengan mudah disampaikan dengan media sosial,” ujar Jokowi dalam pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD, Rabu (16/8/2023).
Ia pun mengaku tak masalah jika dirinya dicaci maki oleh banyak orang.
Namun, yang membuatnya sedih adalah cacian hingga fitnahan tersebut menunjukkan bahwa budaya santun di Indonesia mulai hilang.
“Yang membuat saya sedih buadaya santun dan bukti pekerti luhur bangsa ini, kok kelihatannya mulai hilang,” ujarnya.
“Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah,” imbuhnya.
Polusi di wilayah budaya ini, lanjut dia, sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia yang besar.
“Memang tidak semua seperti itu, saya lihat masyarakat juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut,” ungkapnya.
(Abn)