Rilpolitik.com, Jakarta – Anggota DPR RI Benny K Harman mempertanyakan suara aktivis HAM dan para mahasiswa terkait kasus penggusuran di Pulau Rempang, Batam, Kepulaun Riau.
Benny mengatakan tak habis pikir dengan aktivis dan mahasiswa serta para cendekiawan yang justru terkesan bungkam saat negara melakukan penggusuran paksa terhadap rakyatnya.
“Yang saya tidak mengerti dan tak habis bertanya. Di manakah sekarang para aktivis Ham, di manakah para mahasiswa, mengapa para cerdik cendekia pada bungkam di saat makin banyak doktor diproduksi universitas, di manakah mereka?,” tanya Benny melalui akun X resminya, @BennyHarmanID pada Kamis (14/9/2023).
Dia mengakui lembaga DPR tidak berdaya lagi karena sudah lama dibungkam oleh rezim Joko Widodo.
“Kalau DPR yah jangan ditanya, karena sudah lama dibungkam dan dikendalikan,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini.
Menurutnya, lembaga legislatif saat ini hanya manut sama rezim. Parlemen tak ubahnya seperti pada masa Orde Baru (Orba).
“DPR sekarang seperti DPR Orde Baru, menjadi rubber stamps,” ungkap Benny.
Namun demikian, lanjut Benny, perjuangan harus terus berlanjut. “Jangan berhenti berjuang. Di ujung terowongan, niscaya ada cahaya,” tukasnya.
Diketahui, Pulau Rempang saat ini sedang rusuh akibat pembangunan Rempang Eco-City. Proyek ini mendapat pertentangan dari masyarakat adat Melayu. Mereka menolak untuk digusur karena sudah ratusan tahun menempati tempat tersebut.
Rempang Eco-City sendiri merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek dengan luas sekitar 17.000 hektare itu rencananya akan menjadi kawasan ekonomi terintegrasi yang menghubungkan sektor industri, jasa dan komersial, residensial/permukiman, agro-pariwisata, dan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
Proyek ini akan digarap oleh PT Makmur Elok Graha (MEG). Perusahaan itu merupakan anak usaha Grup Artha Graha, kelompok usaha yang dibangun Tomy Winata.
(Abn/Rilpolitik)