Rilpolitik.com, Sumenep – Sejumlah aktivis yang mengatasnamakan diri sebagai kelompok dari Pusat Atensi Kebijakan (Pusaka) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Dinas Kebudayaan Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep pada Selasa (31/10/2023).
Dikutip dari Tribunmadura.com pada Rabu (1/11/2023), massa aksi membawa sejumlah isu sebagai tuntutan aksi. Salah satunya adalah program santri entrepreneur yang mereka anggap sebagai program siluman.
Korlap massa aksi Pusaka, Noris Sabi mengatakan, program santri entrepreneur hanya buang-buang anggaran saja. Sebab, program tersebut tidak memiliki output yang jelas.
Karena itu, dia menyebut program yang menghabiskan dana miliaran itu sebagai program siluman dan harus dievaluasi.
“Program ini perlu ada evaluasi,” kata Noris dalam orasinya.
Noris membeberkan adanya kejanggalan dalam program tersebut. Salah satunya adalah jumlah peserta yang tidak sesuai dengan besarnya anggaran serta tidak adanya transpransi publik.
Dia mengungkapkan, anggaran program tersebut sebesar Rp1,2 miliar dengan peserta hanya 40 orang. “Anggaran program tersebut Rp1,2 miliar dengan peserta 40 orang,” ungkapnya.
“Apa output yang dihasilkan sekarang, katanya barang, barangnya apa dan di mana,” teriaknya.
Program Santri Entreprenuer ini juga sebelumnya menjadi sorotan Anggota DPRD Kabupaten Sumenep dari Fraksi Partai Demokrat, H Masdawi.
Seperti halnya aktivis Pusaka, Masdawi juga mempertayakan output dari program tersebut. Dia mengatakan program itu tidak jelas. Bahkan, Masdawi curiga kegiatan tersebut justru tidak melibatkan santri sebagai peserta pelatihan.
“Selama dua tahun, dari 2022 dan 2023 ini output Santri Enterpreneur sama sekali tidak jelas, Jangan-jangan malah bukan santri yang diikutkan pelatihan,” kata Masdawi sekitar pertengahan Agustus lalu dikutip dari bangsapedia.com.
Masdawi tidak yakin program tersebut akan menghasilkan output yang maksimal tanpa adanya kontinuitas dan aksi nyata.
Apalagi, katanya, masa pelatihannya hanya berlangsung selama dua sampai tiga hari saja. Menurutnya, waktu yang singkat itu tidak akan maksimal mengasah skill pesertanya.
(Abn/rilpolitik)